Pages

Subscribe:

Labels

Jumat, 05 November 2010

Jika Kita Bersama Nanti

Jika kita bersama nanti
Aku ingin menikmati setiap tetesan gerimis hingga guyuran hujan bersama mu
Menikmati saat mentari mulai bersinar hingga senja datang

Jika kita bersama nanti
Aku ingin bernyanyi dan menari bersama mu
Menari di atas titik embun di rerumputan, tertawa dan bergandeng tangan

Jika kita bersama nanti
Aku ingin selalu jadi yang terdekat dengan mu setelah udara untukmu bernafas
Sedekat awan dengan langit

Jika kita bersama nanti
Aku ingin bersama mu menghadapi badai di masa depan
Menguatkan mu saat kau lemah
Memelukmu untuk menyakinkan bahwa kita akan hadapi badai itu bersama

Jika kita bersama nanti
Aku ingin menjadi orang yang paling tahu tentang mu
Tahu setiap perubahan garis di wajah mu
Tahu setiap tetes peluh yang keluar dari tubuh mu

Jika kita bersama nanti
Aku ingin nama ku jadi yang pertama kau sebut saat kau bangun dari tidur mu
Pertama saat kau terbangun dan melihat bahwa aku ada

Jika kita bersama nanti
Aku ingin menemanimu membesarkan anak-anak kita kelak
Hingga hadir diantara kita cucu-cucu dari mereka

Jika kita bersama nanti
Aku ingin bersamamu hingga dari kita tak mampu bersama lagi di dunia
Tapi tersenyumlah...
Jika aku yang tak mampu menemanimu di dunia lebih lama, aku akan menunggumu disana
Karena kita akan bersama selamanya disana, di tempatNya...




*untuk seorang terkasih yang aku menunggunya hingga kita bersama nanti... :)

Selasa, 26 Oktober 2010

Catatan Seorang Pramugari

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan. Setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya. Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari itu.

Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya. Pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang. Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku di tempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak. Kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat. Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet.

Pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang di sebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh di meja dia. Ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan “tidak usah, tidak usah.”

Kami mengatakan, “Engkau sudah haus, minumlah,” Pada saat itu dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami.  Kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya. Katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir.

Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan dipinggir jalan. Itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik. Putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. Anak sulung yang bekerja di kota pernah menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota, tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa.

Kali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking. Anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking. Tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal.

Dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya, dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya.

Ketika melewati pemeriksaan keamanan di bandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur.

Akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakkan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar.

Saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil, dan meminta saya meletakkan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya.

Kami semua sangat kaget. Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa, dimata seorang desa menjadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar, disisihkannya makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh di dalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut.

Tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan, tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri. Perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat,

Sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai.

"Kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian."

Dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja di lapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain.

Tetapi belum pernah kami menjumpai orang yang menyembah kami. Kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan.

Tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya.

Perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya di masa datang, yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.




Jumat, 02 Juli 2010

Kosong

"Aku adalah kosong"
Kalimat itu terus terngiang-ngiang di otak ku. Benarkah aku kosong? Benarkah diriku yang sekarang ini kosong?
Mungkin saat aku menulis tulisan ini, hati ku masih sedih.. "masih belum waras", begitu kata teman-teman ku bilang. Entahlah... seperti ada yang kosong disini, dihati ku..


"Setiap manusia memiliki ruang kosong di hatinya. Ketika seseorang datang dan kita berpikir bahwa orang tersebut telah mengisi ruang kosong itu, sebenarnya dia hanya berdiri di depan pintu dan menyamarkan ruang kosong tersebut. Ruang kosong di hati kita tetap ada dan tak akan pernah benar-benar terisi.."


Ternyata rasa kehilangan itu masih sama. Masih saja menyebalkan. Masih sakit dan menghancurkan, juga dengan rasa sesak di dada. Kenapa Tuhan menciptakan perjumpaan, jika setelahnya harus ada perpisahan?
Aahh yaahh, aku lupa bahwa di dunia ini tak ada yang kekal.. tak ada yang abadi.
Hanya janji-janji manis manusia saja yang mengatakan "sekarang dan selamanya, love you always and forever and bla..bla..bla.. and bla..bla..bla"

Haaahhh.. Sungguh manis janji-janji itu. Atau aku saja yang belum bisa ikhlas menerima kenyataan ini.. Entahlah.. Hanya ada kosong dan hampa.. Susah sekali menganggap bahwa ini sudah selesai, game is over ! Aku masih tak bisa merelakan, sungguh...

Tuhan, jika aku tak bisa merelakan perpisahan, apa pantas aku mengharapkan perjumpaan?
Maafkan aku Tuhan, maafkan aku...

Kamis, 24 Juni 2010

Saat kisah ini harus berakhir...

Malam ini kisah kita berakhir...
Entah ini salah ku atau salah mu
Ku kira tak pantas menyalahkan salah satu dari kita

Anggap ini takdir, mungkin jodoh kita hanya sampai disini

Sesungguhnya.. aku tak bisa merasa kehilangan lagi
Setelah sebelumnya aku kehilangan seseorang yg sungguh-sungguh aku cintai

Aku ingin kau tahu, aku tak mengganggap kisah ini main-main
Hidup terlalu singkat untuk dibuat main-main
Aku juga tak berharap ini hanyalah salah satu "Game of Heart" antara dirimu dan diriku

Tuhan, dahulu aku berdo'a padaMu..
"Jika dia jodoh ku, maka dekatkanlah.. jadikan aku yang terbaik baginya, dan jadikan dia yang terbaik bagiku. Namun jika tidak, jauhkanlah kami.. Berikan pendamping yang terbaik baginya dan juga bagi ku. Sesungguhnya hanya Engkau Maha Mengetahui Sesuatu Yang Terbaik"

Tuhan, kali ini aku kembali berdo'a padaMu..
"Tuhan, jika disetiap pertemuan mendatangkan kebahagiaan, ingatkan aku untuk bersyukur padaMu.
Dan jika setelahnya harus ada perpisahan, ingatkan aku juga agar mengikhlaskannya karena Mu.."

Ya Allah, jadikan aku seorang yang ikhlas...
Engkau Maha Tahu yang terbaik bagi hambaNya, sedangkan kami tidak mengetahui..



24 Juni 2010
malam yang dingin dengan tetesannya...